Gempar, Anak Soekarno yang 'Disembunyikan', Terusir dan Cari Jejak Sang Ayah


Charles Christofel sebelumnya tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah setelah mendengar satu kalimat dari sang ibu, Jetje Langelo.

Suatu hari di tahun 1999, Charles bak disambar petir di siang bolong saat ibunya berkata, "kamu adalah anak Soekarno."

Ya, Soekarno Sang Proklamator sekaligus Presiden ke-1 Republik Indonesia.

Kisahnya bermula ketika Soekarno memperistri Jetje, ibu Charles.

Pada tahun 1953, Jetje pertama kali mengenal Soekarno saat Sang Proklamator berkunjung ke Manado.

Sejak itulah keduanya menjalin hubungan melalui surat atau telegram. Tak sering mereka bertemu, hanya sesekali ketika Soekarno ke Manado saja.

Kala itu niat Soekarno untuk mempersunting ditolak oleh orang tua Jetje.

Saat lulus dari sekolah SGA Roma Katolik Manado, Jetje dinikahkan oleh orang tuanya dengan seorang anggota TNI berpangkat Letnan Satu, Leo Leo Nico Christofel.

Dari pernikahan itu, keduanya dikaruniai dua orang buah hati. Namun, pada tahun 1955, Jetje dan Leo memilih bercerai.

Kisah cinta Jetje dan Bung Karno pun berlanjut. Keduanya diketahui menikah secara Islam tahun 1957 di Manado.

Pesta pernikahan mereka juga digelar di Jakarta. Namun setelah itu, Jetje memutuskan untuk kembali ke Manado.

Menurut keterangan Christofel, beberapa pejabat Orde lama mengetahui pernikahan ibunya dan Soekarno.

Jetje sempat ada rencana menyusul Soekarno ke Jakarta setelah Christofel lahir. Namun karena ada pemberontakan Permesta, niat itu diurungkan.

Barulah pada tahun 1960, Soekarno untuk kali pertama sekaligus terakhir kalinya menggendong Christofel.
Soekarno dan Jetje

Soekarno dan Jetje ()
Saat Bung Karno masih berkuasa, Jetje sempat menikmati kehidupan yang layak. Ia diberi rumah di Jalan Tikala, sebuah kawasan elite khusus pejabat di Manado.

Lebih dari 40 tahun, identitas Christofel yang kelak berganti nama menjadi Gempar Soekarnoputra dirahasiakan.

Hal itu dilakukan karena permintaan Soekarno sendiri.

Putera Sang Fajar pernah berpesan kepada Jetje, ia ingin sang anak diamankan bila sewaktu-waktu kekuasaannya runtuh.

Melihat situasi saat awal pemerintahan Orde Baru, memang ada operasi militer yang ingin membersihkan sisa rezim Orde Lama.

Jetje pun takut terjadi sesuatu terhadap Gempar dan dirinya.

Kehidupan Gempar Penuh Liku

Gempar harus melalui kehidupan yang memilukan saat masih kecil. Melansir dari Intisari, Gempar pernah dititipkan di rumah sanak saudara Jetje.

Menurut pengakuan Gempar, saat itu ia bak seorang pembantu saat 'nebeng' tinggal.

Perlakuan keluarga di rumah tersebut begitu menyakiti hati.
Untuk mendapat uang saja, Gempar harus berjualan es.

Beranjak dewasa, saat usia belasan, ia harus menyambung hidup dengan menjadi kondektur bemo.

Semangat untuk menempuh pendidikan tidak pernah pudar dari benaknya.

Gempar lulus SMA pada tahun 1977 dengan prestasi yang cukup membanggakan, masuk lima besar.

Saat itu, ia memutuskan merantau ke Jakarta dan tinggal di rumah keluarga sang ibu.

Namun tetap saja, ia mendapat perlakuan kasar sehingga membuatnya harus terusir dan berpindah-pindah tempat tinggal.

Kehidupan Gempar mulai membaik saat ia bekerja menjadi tukang ketik di kantor notaris Fredrik Alexander Tumbuan.

Pada tahun 1985, ia bisa berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Gempar diketahui menjadi konsultan hukum di beberapa perusahaan elektronik ternama. Ia mulai mapan, punya tanah dan kendaraan di Ibu Kota.

Pada tahun 1998, Gempar diminta pulang ke Manado oleh ibunya. Ia baru benar-benar pulang setahun berikutnya.
Saat kepulangannya itulah, sang ibu membeberkan rahasia soal identitas asli Gempar.

Kala itu, Jetje memperlihat sejumlah dokumen dan barang yang selama ini disembunyikan.

Ada foto, surat-surat, tongkat komando, keris, serta amanat yang ditulis oleh tangan Soekarno sendiri.

Dalam amanat tertulis permintaan agar anak yang lahir pada 13 Januari 1958 itu, kelak pada saatnya ia sudah dewasa berpolitik, dinamai: Muhammad Fatahillah Gempar Soekarno Putra.

"Kutitipkan bangsa dan negara kepadanya!"

Teringat di benak Charles yang kemudian mengganti namanya menjadi Gempar Soekarno Putra. Saat SMP, ia pernah membuka koper besi yang disembunyikan ibunya di prafon rumah.

"Malah ada tongkat komando yang pernah saya pakai untuk menggali-gali tanah," kata Gempar.

Gempar di usia balita juga mendapat kiriman mainan yang bagus dan mahal dari Jakarta.

"Waktu sekolah saya juga sering dibilang teman, 'Siap, Bung Karno', karena katanya mirip Bung Karno kalau memakai peci," kata Gempar.

Ia awalnya menganggap ucapan teman-temannta itu sebagai sekadar olok-olok, tapi belakangan diterimanya sebagai semacam petunjuk bahwa ia memang anak Soekarno.

Segala cerita tentang Soekarno itu dididapat Gempar dari Jetje sebelum ibunya itu meninggal pada tahun 2004.

Menelusuri Jejak Soekarno

Gempar Soekarnoputra

Gempar Soekarnoputra ()
Setelah mengetahui identitas asli, Gempar pun mulai mempunyai niat untuk mengenal siapa Soekarno.

Ia mengawali langkahnya dengan menyambangi makam Soekarno di Blitar.

Kehidupannya perlahan mulai berubah. Ia memutuskan memeluk agama Islam.

Sosok Gempar begitu disoroti pada tahun 2000-an.

Saat itu, Majalah Kartini membuat serial kehidupan Gempar.

Kepada Intisari, Gempar membenarkan segala kisah itu.

Ketika sedang ramai-ramainya pemberitaan soal anak Soekarno yang 'terlupakan' itu, Gempar mengaku dihubungi pengacara Guruh Soekarno Putra untuk tes DNA.

Gempar tak menolak, namun ia mengajukan syarat.

Gempar meminta tes bukan atas permintaan darinya dan dilakukan secara terbuka.

Sampel darahnya harus diambil dan dikawal oleh tim kedokteran Fakultas Kedokteran UI.

Permintaan itu tidak ada kabarnya sampai sekarang.

Gempar menduga, lantaran dalam uji DNA, tim dokter harus mengambil sampel darah pembanding. Artinya sampel darah anak-anak Soekarno lain harus juga ikut diambil.

Bila suatu waktu permintaan tes DNA kembali ada, Gempar akan tetap bersikukuh dengan syaratnya.

"Biar jelas kalau bukan saya yang mencari popularitas. Kalau pun hasilnya benar, ya alhamdulillah. Kalau tidak, berarti ibu saya pembohong," kata Gempar.

sumber : Tribun.com


Mesothelioma may be considered as a new disease but there have been a lot of multi million dollar mesothelioma compensation payouts which have been given to the victims of mesothelioma. Aside from being a disease which is considered to be relatively new in the medical world, it is also a new disease in terms of legal awareness. For the people, who are suffering this cancer caused by the exposure to asbestos, to make claims, they need to ask the help of law firms and lawyers who are specifically trained to address this problem. The problem is usually about the amount of the mesothelioma compensation which a patient is entitled to. A patient has the right to ask for compensation because, usually, it is his fault why he has developed mesothelioma. The person could have prevented it but because of the fault or negligence of the owners of certain firms, the person is now suffering of the said kind of cancer. The exposure to asbestos in the workplace would not have happened if the owners of the firms or companies have made some effort to protect their employees against the danger of being exposed to asbestos. Since it takes some time before the symptoms surface, it is usually too late for the patient to do something about it. Or he can do something about it in order to lengthen his lifespan for say, 4-24 months. This 4-24 months which a patient diagnosed with mesothelioma can enjoy will only be possible if he will get a mesothelioma compensation. Giving this compensation is a responsibility of the owners or employers so long as the lawyers were able to prove that the owners were at fault. The compensation will help the life of a mesothelioma sufferer be extended for 4-24 months since the compensation should be large enough to cover the medical expenses of the patient. Aside from covering the medical expenses, the amount of the compensation should be enough to cover the suffering and pain of the person. The compensation should also be large enough to offer or provide financial security and stability for the family or loved ones of the patient after he has died. For the latest information on Asbestos Cancer Mesothelioma [http://www.lookmesothelioma.com/] and Mesothelioma Settlement [http://www.lookmesothelioma.com/mesothelioma_settlement.html], visit LookMesothelioma.com. Article Source: https://EzineArticles.com/expert/Hillary_Scott_Wallace/411402 Article Source: http://EzineArticles.com/2869302

0 Response to "Gempar, Anak Soekarno yang 'Disembunyikan', Terusir dan Cari Jejak Sang Ayah"

Posting Komentar

Histats